Hari ini aku sedang agak malas membahas bermacam persoalan kesehatan reproduksi ternak. Bukan karena hujan yang semakin sering membuat masalah mulai banjir, aliran listrik sampai demam dan flu sehingga neuronku agak penuh sesak dengan Paramex atau Neozep dan otakku serasa mirip sebauh benda antik, rentan untuk pecah. Walaupun sebenarnya ada obat yang cukup mujarab sebagai penghantar tidur, setidaknya menurut aku yaitu fables. Dan aku pun sadar bahwa pekerjaan adalah prioritas utama setelah tanggungjawab sebagai bagian dari sebuah keluarga besar namun penguatan bathiniyah adalah sisi lain yang tak kalah penting. Bathin dan tanggungjawab adalah dua mata sisi uang yang tak terpisahkan.
Beberapa hari ini sedang mencerna karya terbaru Kate DiCamillo [2008]: Louise, the Adventures of a Chicken.
"She longed for adventure. So she left her home and ventured out into the wide world. The pleasures and perils she met proved plentiful: marauding pirates on the majestic seas, a ferocious lion under the bright lights of the big top, a mysterious stranger in an exotic and bustling bazaar. Yet in the face of such daunting danger, our heroine...”
Kate DiCamillo, dilahirkan di Philadelphia, besar di Florida dan sekarang tinggal di Minneapolis, Minnesota adalah salah seorang penulis cerita anak sejenis folktale fabel yang aku kagumi. Dari 10 buku yang dia tulis semuanya bagus, seru, imajinatif dan juga inspiratif. Babi, Ayam, harimau, kelinci dan tikus adalah hewan2 yang menjadi inspirasi baginya untuk membawa kita pada sebuah petualangan rohani.
Hewan [baca:ternak] adalah sahabat manusia disamping tumbuh-tumbuhan yang tak habis-habisnya terbunuh oleh waktu. Hewan dan tumbuhan didebatkan keberadaannya siang dan malam oleh sebagian besar orang dan tak ada satupun makhluk di bumi ini yang tak butuh keduanya. Hari ini Indonesia telah mampu berswasembada beras, tahun depan ditargetkan [menyusul] jagung. Tapi ternak, makhluk yang sehari2 menjadi sahabatku? Sapi, domba, ayam? Entahlah kapan kita mampu mencukupi kebutuhan bangsa ini secara swasembada?. Sebenarnya tentang prinsip-prinsip nutrisi kita bisa mencermati apa kata seorang ilmuwan:
"So basically influenced are we by the matter of food and drink that revolutions, peace, war, patriotism, international understanding, our daily life and the whole fabric of human social life are profoundly influenced by it-and what is the use of saying “peace, peace” when there is no peace below the diaphragm. This applies to nations as well as individuals-men refuse to work, soldiers refuse to fight, prima donnas refuse to sing, senators refuse to debate, and even presidents refuse to rule the country when they are hungry" [Lin Yutang, 1895-1976].
Aku penggemar berat folktales, bahkan mungkin sejak kecil, pada saat menjadi siswa SD sampai sekarang. Cerita dalam suatu fabel di setiap waktu dan setiap jaman selalu diwarnai suasana bathin saat itu. Analog dengan sebuah buku sejarah, antara phrasa satu dan lainnya tidak berdiri sendiri. Para pelakunya secara sosiologis mewakili keterkaitan antara dua komunitas bahkan kadang lebih dan tak selalu memiliki jarak budaya. Itulah kebebasan berpikir yang sebenarnya. Melintasi berbagai sekat dan dinding tebal. Sebuah fabel mungkin saja adalah sebuah ilusi dan utopis namun gemanya mampu meresap dihati sanubari pembacanya tanpa takut dan ragu dicap sebagai anti kebenaran dan tak selalu menyalahkan hal-hal yang mungkin tidak benar, sebagai pembelajaran dan retrospeksi.
Aku jarang menggunakan kebebasan bertindak walaupun aku sangat antusias dalam mewacanakan kebebasan berpikir. Jika aku senang dengan fabel yang mungkin cocok untuk anak2 berumur 9 – 12 tahun itu semata-semata karena ada saatnya belajar pada siapa pun tak peduli anak2, orangtua, bahkan pada seekor hewan sekalipun?. Dan tidak hanya itu, Kate DiCamello adalah sedikit dari makhluk bumi yang mau menjembatani berbagai spesies untuk saling berkomunikasi dan berinteraksi tanpa ragu dan bahkan kadang begitu jenaka. Berbagai petualangan yang membuat kita sedikit khawatir dan geram namun pada akhirnya membuat kita agak tenteram karena dunia ini ternyata banyak dihuni oleh makhluk2 sosial yang tidak peduli apapun nomenklaturnya.